Situasi Mencekam di Beirut Selatan
bagusplace.com. Serangan Israel di Beirut Tewaskan 12 Warga Sipil. Israel kembali melancarkan serangan udara di Beirut selatan, Lebanon, yang menewaskan setidaknya 12 warga sipil pada Senin sore. Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi konflik yang terus meningkat antara Israel dan kelompok Hizbullah, yang di dukung Iran. Dalam pernyataan resminya, militer Israel mengklaim telah menyerang “sekitar 25 target teror” milik Hizbullah di berbagai lokasi, termasuk Nabatiyeh, Baalbek, Lembah Bekaa, dan pinggiran Beirut selatan.
Kepulan asap tebal terlihat membumbung tinggi dari kawasan selatan ibu kota setelah serangan pagi yang di ikuti dengan peringatan evakuasi dari militer Israel. Namun, gelombang serangan berlanjut hingga sore hari, menargetkan sejumlah lokasi strategis yang di duga di gunakan Hizbullah.
Target Utama dan Dampak Serangan
salah satu serangan paling dahsyat terjadi di daerah Tayouneh, pinggiran Beirut selatan. Serangan ini menghancurkan sebuah gedung, menyebabkan korban jiwa dan luka-luka. Saksi mata melaporkan ledakan keras yang mengguncang kawasan tersebut, sementara tim penyelamat bekerja keras untuk mengevakuasi para korban dari reruntuhan.
Gelombang serangan ini terjadi setelah serangkaian penggerebekan besar-besaran selama akhir pekan di berbagai daerah yang menjadi basis Hizbullah. Serangan mematikan sebelumnya pada Sabtu di ni hari di lingkungan Basta, pusat kota Beirut, menewaskan setidaknya 29 orang. Militer Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan pusat komando Hizbullah, meskipun klaim ini di bantah oleh pejabat Hizbullah.
Di kota pesisir Tyre dan Nabatiyeh di Lebanon selatan, serangan lain di laporkan menewaskan enam orang, dengan empat lainnya terluka. Serangan tambahan di Maaraka menyebabkan korban jiwa serupa, termasuk beberapa yang belum dapat di identifikasi karena luka parah. Selain itu, serangan drone di kompleks perumahan di pinggiran Beirut juga memakan korban tanpa ada peringatan evakuasi sebelumnya.
Respons Pemerintah dan Dampak pada Warga Sipil
Pemerintah Lebanon menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan-serangan ini, yang telah memengaruhi ribuan warga sipil. Kementerian Pendidikan Lebanon bahkan mengambil langkah drastis dengan menangguhkan seluruh kegiatan belajar mengajar di Beirut dan wilayah sekitarnya, termasuk sekolah, institusi teknik, dan universitas. Keputusan ini di ambil untuk melindungi siswa dan staf dari ancaman keamanan yang semakin memburuk.
Komunitas Druze, yang sebagian besar bermukim di sekitar Gunung Lebanon, juga mulai merasakan dampak konflik ini meskipun wilayah mereka sebelumnya relatif aman. Serangan drone yang menargetkan kompleks perumahan di wilayah Druze memicu kekhawatiran baru tentang meluasnya konflik ke area yang sebelumnya netral.
Eskalasi Konflik Israel-Hizbullah
Hizbullah mengklaim telah melancarkan lebih dari 50 serangan terhadap posisi militer Israel di perbatasan, termasuk serangan roket ke wilayah Israel. Di sisi lain, militer Israel melaporkan bahwa 250 proyektil telah di luncurkan oleh Hizbullah sejak akhir pekan lalu, memperparah ketegangan di wilayah tersebut.
Pasukan darat Israel juga di laporkan memasuki beberapa desa di Lebanon selatan, termasuk Khiam, yang menjadi lokasi pertempuran sengit. Misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan (UNIFIL) menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya jumlah korban jiwa, terutama di kalangan tentara Lebanon. Meskipun tentara Lebanon secara resmi tidak terlibat dalam konflik ini, mereka telah menjadi sasaran serangan mematikan yang menyebabkan banyak korban.
Korban Jiwa dan Situasi Terkini
Sejak Oktober 2023, konflik Israel-Hizbullah telah menewaskan setidaknya 3.768 orang di Lebanon, menurut data Kementerian Kesehatan Lebanon. Di pihak Israel, 82 tentara dan 47 warga sipil di laporkan tewas akibat serangan roket dan pertempuran di perbatasan. Konflik yang berkepanjangan ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga menghancurkan infrastruktur dan memaksa ribuan warga sipil mengungsi.
Kesimpulan: Kebutuhan Mendesak Akan Gencatan Senjata
Konflik yang terus meningkat antara Israel dan Hizbullah menyoroti kebutuhan mendesak akan upaya internasional untuk mengakhiri kekerasan. Kendati berbagai pihak telah mencoba menyegel kesepakatan gencatan senjata, situasi di lapangan menunjukkan eskalasi yang terus berlanjut. Tanpa adanya solusi di plomatik, korban jiwa di perkirakan akan terus bertambah, dan penderitaan warga sipil semakin parah.
Masyarakat internasional, termasuk PBB, harus meningkatkan tekanan pada kedua belah pihak untuk menghentikan serangan dan mencari solusi damai. Bagi Lebanon, yang masih berjuang menghadapi krisis ekonomi dan politik, konflik ini hanya memperburuk situasi yang sudah sulit.