bagusplace.com. Pemberontakan Gulingkan Presiden Assad Bikin Suriah Membara. Suriah, yang telah di landa perang selama lebih dari satu dekade, kini kembali memanas. Aliansi pemberontak yang terdiri dari kelompok-kelompok bersenjata melakukan serangan mendadak dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Serangan ini tidak hanya memperburuk kondisi di Suriah, tetapi juga menambah ketegangan di wilayah Timur Tengah yang sudah tidak stabil. Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), salah satu dari banyak kelompok penentang pemerintahan Assad, berhasil menguasai Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah. Serangan mendadak ini menandakan bahwa konflik di Suriah jauh dari selesai, dengan banyak negara terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam situasi ini.
Aliansi Pemberontak yang Semakin Kuat
Tujuan Pemberontakan: Gulingkan Rezim Assad
Kelompok pemberontak yang melancarkan serangan mendadak ini mengklaim bahwa tujuan mereka adalah untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dan rezim pemerintahannya. Menurut pemimpin mereka, kelompok ini berhak menggunakan segala cara yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.
Serangan yang di mulai dengan HTS sebagai salah satu kelompok utama yang terlibat kini semakin memperburuk situasi di Suriah. HTS, yang merupakan bagian dari jaringan al-Qaeda, telah menguasai sebagian besar wilayah barat laut Suriah. HTS sendiri adalah kelompok yang telah di beri label sebagai “organisasi teroris” oleh berbagai negara besar, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Keberadaan kelompok ini semakin memicu ketegangan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Suriah.
Abu Mohammed al-Jawlani dan Peran HTS
HTS di pimpin oleh Abu Mohammed al-Jawlani, yang pernah membelot dari al-Qaeda dan ISIS. Keputusannya untuk berpisah dari kedua kelompok ekstremis ini tidak membuatnya luput dari tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Al-Jawlani kini menjadi sosok kontroversial, dengan banyak pihak menganggapnya sebagai pemimpin yang berbahaya. Dalam berbagai laporan internasional, ia sering kali di kaitkan dengan sejumlah aksi kekerasan yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Meski demikian, kelompok yang di pimpinnya kini memiliki pengaruh yang signifikan di wilayah Suriah bagian barat laut.
Dampak Serangan Pemberontakan Terhadap Keamanan Internasional
Seruan dari Negara-Negara Besar
Akibat semakin meningkatnya ketegangan di Suriah, banyak negara yang mulai mengeluarkan seruan untuk warganya agar segera meninggalkan negara tersebut. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan kepada warganya yang masih berada di Suriah untuk segera meninggalkan negara itu “selagi opsi komersial masih tersedia.” Peringatan tersebut muncul sebagai respons terhadap ketidakpastian dan ancaman yang terus meningkat di Suriah, di mana bentrokan antara kelompok pemberontak dan pasukan pemerintah berlangsung dengan intensitas yang semakin tinggi.
Tidak hanya AS, Kedutaan Besar Rusia di Damaskus juga mengeluarkan imbauan yang serupa, mendesak warganya untuk mempertimbangkan meninggalkan Suriah menggunakan penerbangan komersial melalui bandara yang masih beroperasi. Bahkan, Kedutaan Besar China turut merilis pemberitahuan kepada warganya untuk segera meninggalkan negara tersebut, memperlihatkan kekhawatiran global terhadap eskalasi konflik di Suriah.
Ketegangan Pemberontakan di Barat Laut Suriah
Wilayah barat laut Suriah, yang selama ini menjadi medan pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak, kini semakin memburuk. Serangan yang di lakukan oleh aliansi pemberontak ini mengarah pada penguasaan Aleppo, yang sebelumnya telah di kuasai oleh pasukan pemerintah. HTS, sebagai kelompok dominan di wilayah tersebut, terus memperluas wilayah kekuasaannya, menambah ketegangan antara pemberontak dan pasukan pemerintah Assad.
Situasi ini tidak hanya berdampak pada Suriah, tetapi juga menciptakan ketidakpastian yang lebih luas di kawasan Timur Tengah. Ketegangan ini berpotensi melibatkan lebih banyak negara besar, yang memiliki kepentingan strategis di Suriah, baik itu dalam hal politik, ekonomi, maupun keamanan. Amerika Serikat, Rusia, Iran, dan Turki, sebagai pemain utama dalam konflik Suriah, terlibat dalam peran yang saling bertentangan, yang semakin memperburuk kemungkinan solusi damai.
Reaksi Internasional: Meningkatkan Ketegangan Pemberontakan
Peran Iran dalam Konflik Suriah
Iran, yang telah lama menjadi pendukung setia pemerintah Assad, kini terlihat mulai menarik mundur beberapa komandan dan personel militernya dari Suriah. Langkah ini dapat di artikan sebagai reaksi terhadap semakin parahnya situasi di Suriah dan kemungkinan eskalasi lebih lanjut yang dapat mengancam posisi Iran di negara tersebut. Meskipun demikian, Iran di perkirakan akan terus mempertahankan pengaruhnya di Suriah, baik melalui dukungan militer maupun politik terhadap rezim Assad.
Potensi Solusi dan Harapan Perdamaian
Meski situasi di Suriah semakin buruk, masih ada harapan untuk perdamaian di masa depan. Namun, untuk mencapainya, di perlukan komitmen dari semua pihak yang terlibat, baik pemerintah Suriah maupun kelompok pemberontak, untuk duduk bersama dan mencari solusi yang dapat mengakhiri konflik ini. Hal ini tentu saja tidak mudah, mengingat ketegangan yang tinggi dan banyaknya kekuatan internasional yang terlibat.